PCNU Kota Tangsel: Antara Kemandirian dan Kemitraan dalam Membangun Umat

Beritatrend.com. – Tangsel Rabu, 26/02/25. – Di tengah arus globalisasi yang semakin deras, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tetap teguh menjaga prinsip kemandirian dan kemitraan dalam membangun umat.

Hal ini terungkap dalam pertemuan antara Ketua PCNU Tangsel, KH Abdullah Mas’ud, dengan awak media yang tergabung dalam Forum Jurnalis Tangerang Selatan (FJTS) di Graha Aswaja PCNU Tangsel, Ciputat.

Sejak didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926 M), Nahdlatul Ulama telah berpegang pada prinsip tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), i’tidal (adil), dan tasamuh (toleran).

Di Tangsel, prinsip ini diwujudkan melalui kemandirian organisasi serta kolaborasi yang produktif dengan pemerintah daerah.

Graha Aswaja: Simbol Kemandirian NU Tangsel

Dalam perbincangan, KH Abdullah Mas’ud menegaskan bahwa Graha Aswaja PCNU Tangsel adalah wujud nyata dari kemandirian warga NU.

“Bangunan ini berdiri atas inisiatif warga NU, didanai oleh gerakan wakaf Rp10 ribu setiap hari Jumat. Tidak ada bantuan institusi, hanya sumbangan individu. Kini, bangunan ini sudah mencapai empat lantai sebagai pusat gerakan dan komando NU di Tangsel,” jelasnya.

Menariknya, meskipun tersedia dana hibah dari Pemerintah Kota Tangsel, PCNU di bawah kepemimpinan KH Abdullah Mas’ud belum pernah mengajukan permohonan hibah.

Bukan karena menolak, tetapi karena ingin menanamkan semangat kemandirian kepada warganya.

NU Tangsel: Kuat dengan 11 Banom dan 18 Lembaga

NU Tangsel bukan hanya memiliki struktur organisasi yang solid, tetapi juga mengelola berbagai aspek kehidupan masyarakat melalui 11 Badan Otonom (Banom) dan 18 Lembaga.

Di bidang pendidikan, NU Tangsel menaungi lembaga yang menangani sekolah dasar hingga perguruan tinggi, termasuk pesantren.

Data dari Kementerian Agama mencatat bahwa dari 97 pesantren di Tangsel, 67 di antaranya berafiliasi dengan NU. Selain itu, terdapat lembaga yang fokus pada kesehatan, ekonomi, kebencanaan, perubahan iklim, hingga astronomi dan falakiyah.

Sementara itu, Badan Otonom NU mencakup berbagai segmen masyarakat, mulai dari pelajar (IPNU-IPPNU), pemuda (Ansor dan Fatayat), hingga komunitas guru (PERGUNU) dan para hafidz Al-Qur’an (JQH NU).

Dengan jumlah anggota yang mencapai ratusan hingga ribuan orang, PCNU Tangsel telah menjalankan lebih dari 1.000 kegiatan dalam beberapa tahun terakhir.

Graha Aswaja 2: Simbol Kemitraan NU dan Pemerintah

Selain membangun kemandirian, NU Tangsel juga menjalin kemitraan strategis dengan pemerintah daerah.

Salah satu buktinya adalah pembangunan Graha Aswaja 2, yang akan difungsikan sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) PCNU Tangsel di Kecamatan Pondok Aren.

“Jika Graha Aswaja Ciputat adalah simbol kemandirian NU, maka Graha Aswaja 2 adalah simbol kemitraan antara NU dan Pemkot Tangsel. Ini adalah bentuk sinergi antara ulama dan umara dalam melayani umat,” ungkap KH Abdullah Mas’ud.

Meski proses pembangunan memakan waktu panjang, akhirnya proyek ini berhasil dianggarkan pada tahun 2024 dan ditargetkan rampung pada 2025.

Kemandirian dan Kemitraan: Dua Kunci Masa Depan NU Tangsel

NU Tangsel membuktikan bahwa organisasi keagamaan dapat berdiri kokoh di atas pijakan kemandirian tanpa harus menutup diri dari kemitraan strategis.

Dengan sinergi antara warga, pemerintah, dan elemen masyarakat lainnya, NU Tangsel semakin siap menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri.

Sebagaimana yang selalu diajarkan para muassis NU, keseimbangan antara kemandirian dan kemitraan adalah kunci untuk terus berkhidmat kepada umat dengan sebaik-baiknya.

Exit mobile version