Trump Hentikan Pasokan Obat TBC-HIV, Indonesia Ikut Kena Dampak

Ancaman Baru di Depan Mata?

Beritatrend.com. –Jakarta Jum.at, 31/01/25.– Keputusan kontroversial Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk membekukan bantuan obat-obatan bagi negara berpenghasilan rendah mulai menimbulkan efek domino.

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan beban tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia, ikut terkena dampaknya.

Kebijakan yang diumumkan pada 20 Januari 2025 itu menghentikan pasokan obat TBC, HIV, dan malaria yang selama ini disalurkan melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, mengakui keputusan ini berimbas pada sumber pendanaan hibah untuk penanganan penyakit menular di Indonesia.

“Memang Amerika ‘freeze’ semua bantuan, Indonesia juga terasa, tetapi kita beruntung bahwa sumber hibah Indonesia sudah diversifikasi, bukan hanya dari AS,” ungkap Menkes Budi di RS Harapan Kita, Jumat (30/1/2025).

Meski begitu, pemerintah telah menyiapkan langkah mitigasi. Menteri Kesehatan menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya bergantung pada bantuan AS.

Negara lain seperti Arab Saudi dan India juga turut berkontribusi dalam membantu program kesehatan nasional. Selain itu, pemerintah telah mengalokasikan anggaran dari APBN untuk memastikan kelangsungan pengobatan TBC.

TBC Jadi Ancaman Global, AS Bisa Kena Getahnya

Keputusan Trump ini tidak hanya berdampak pada negara penerima bantuan, tetapi juga berpotensi menjadi bumerang bagi AS sendiri.

Ketua Yayasan Stop TB Partnership Indonesia (STPI), dr. Nurul Luntungan, menilai langkah Trump bisa memperburuk penyebaran penyakit secara global.

“Kebijakan ini sepertinya lebih bernuansa politis. Kalau ingin efisiensi, harusnya ada langkah mitigasi yang jelas,” ujarnya.

Indonesia, yang menempati posisi kedua dunia dalam jumlah kasus TBC, tentu akan semakin kesulitan mencapai target eliminasi penyakit ini pada 2030.

Direktur Eksekutif STPI, dr. Henry Diatmo, bahkan menyebut kebijakan ini sebagai “sabotase dalam upaya penanggulangan TBC.”

Sementara itu, Amerika Serikat sendiri sedang menghadapi lonjakan kasus TBC.

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama, menyoroti peningkatan kasus TBC di Kansas City, yang menjadi salah satu wabah terbesar dalam sejarah kota tersebut.

“Kasus ini mulai meningkat sejak akhir 2024, dan hingga 24 Januari 2025, sudah ada 67 kasus aktif di dua daerah utama di Kansas City,” jelasnya.

Indonesia Harus Bersiap Hadapi Gelombang Baru

Terlepas dari keputusan AS, Indonesia harus bersiap menghadapi kemungkinan gelombang baru kasus TBC akibat terganggunya pasokan obat.

Penguatan anggaran kesehatan nasional serta diversifikasi sumber bantuan menjadi kunci agar krisis ini tidak berujung pada ledakan kasus yang lebih besar.

Pemerintah kini tengah menjajaki kerja sama dengan Australia dan negara lainnya untuk mendapatkan tambahan hibah kesehatan.

Langkah ini diharapkan bisa menutup celah yang ditinggalkan oleh kebijakan AS.

Keputusan Trump ini mungkin menjadi peringatan keras bagi dunia bahwa ketergantungan pada satu negara dalam bidang kesehatan bisa menjadi bumerang.

Kini, saatnya Indonesia memperkuat ketahanan sistem kesehatannya sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!