Beritatrend.com. – Jakarta Rabu, 29 Januari 2025 – Anggota Komisi I DPR RI, Farah Puteri Nahlia, menyuarakan keprihatinannya atas insiden tragis yang melibatkan lima Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ditembak aparat Malaysia.
Farah menegaskan bahwa kasus tersebut harus diusut tuntas demi keadilan bagi korban dan untuk menjaga martabat bangsa Indonesia.
Farah menyampaikan rasa kecaman mendalam terhadap tindakan kekerasan ini dan menegaskan bahwa Komisi I DPR RI akan terus mendorong upaya pengawasan ketat terhadap jalur pengiriman PMI.
Salah satu langkah yang disoroti adalah penguatan regulasi dalam penyaluran tenaga kerja.
“Komisi I DPR RI akan terus mendukung pemerintah dalam memperkuat pengawasan terhadap jalur pengiriman PMI. Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa mekanisme pengiriman tenaga kerja yang legal, aman, dan terpercaya dapat terus disosialisasikan kepada masyarakat,” kata Farah dalam keterangannya pada Rabu (29/1/2025).
Farah menjelaskan, salah satu strategi utama yang akan diimplementasikan adalah peningkatan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai mekanisme pengiriman PMI yang benar.
Hal ini bertujuan untuk mencegah praktik pengiriman tenaga kerja secara ilegal yang berpotensi merugikan pekerja migran dan menempatkan mereka dalam risiko bahaya, termasuk perdagangan manusia.
“Perlindungan PMI Indonesia harus ditingkatkan. Salah satunya dengan mensosialisasikan bahaya yang akan dihadapi jika memilih jalur ilegal untuk bekerja di luar negeri. Kami juga akan memperkuat pembinaan melalui pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) untuk memastikan PMI yang berangkat memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai,” ujar Farah.
Farah juga menekankan pentingnya kemudahan akses informasi mengenai jalur resmi pengiriman tenaga kerja. Hal ini diharapkan dapat membantu masyarakat yang ingin bekerja di luar negeri namun terjebak dalam pilihan jalur ilegal yang seringkali berakhir pada kesulitan dan penyalahgunaan.
Selain komitmennya dalam pengawasan jalur pengiriman PMI, Farah dikenal memiliki perhatian khusus terhadap nasib pekerja migran Indonesia. Salah satu kisah inspiratif adalah bantuan yang diberikan Farah kepada seorang PMI, Ibu Een, yang selama 13 tahun di luar negeri diperlakukan secara tidak manusiawi.
Berkat perjuangannya, Farah berhasil membantu Ibu Een memperoleh keadilan melalui pengadilan dan kembali ke Indonesia dengan selamat.
“Saya ingin memastikan bahwa tidak ada lagi PMI yang diperlakukan semena-mena. Upaya ini juga mencakup pemberdayaan perempuan, seperti yang dilakukan dengan mendukung kegiatan Ibu Entang Hernawati dari Yayasan Hanjuang Mekar.
Kami ingin perempuan dapat mandiri secara ekonomi tanpa terpaksa merantau jauh dari keluarga,” tambah Farah.
Komitmen Farah dalam memperjuangkan hak dan perlindungan bagi PMI, khususnya perempuan, menunjukkan tekadnya untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki sistem yang lebih baik dalam pengiriman tenaga kerja dan pemberdayaan sosial-ekonomi yang lebih inklusif.
Dengan langkah-langkah ini, Farah berharap dapat memperkuat hubungan antarnegara dan mencegah terjadinya peristiwa tragis seperti yang baru saja terjadi, serta memastikan perlindungan maksimal bagi seluruh pekerja migran Indonesia yang mencari nafkah di luar negeri.