Beritatrend.com. -Jakarta Kamis, 08/08/24. Rencana pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk memperluas program makan bergizi gratis untuk anak sekolah kini tengah menjadi sorotan. Program ini tidak hanya akan mencakup makan siang, tetapi juga sarapan, memberikan dua kali makan gratis kepada siswa setiap hari. Namun, rencana ambisius ini menghadapi sejumlah tantangan dari sisi anggaran dan pelaksanaan.
Hashim Djojohadikusumo, Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, mengungkapkan bahwa perluasan program makan bergizi ini bertujuan untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang lebih baik. Namun, direktur eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, mengingatkan bahwa penambahan dua kali makan gratis per hari akan meningkatkan beban anggaran negara. APBN yang saat ini sudah terbatas, menurut Piter, perlu dikelola dengan sangat hati-hati.
“Masalah utama adalah alokasi anggaran. Program yang disukai rakyat ini harus dijalankan dengan memanfaatkan ruang fiskal yang terbatas,” jelas Piter kepada media pada Rabu (6/7/2024). Meskipun demikian, Piter optimis bahwa program ini tidak harus menjadi beban tambahan jika pemerintah dapat melakukan efisiensi anggaran atau meningkatkan penerimaan negara.
Pengamat kebijakan publik, Trubus Rahadiansyah, menyoroti pentingnya menyiapkan sumber pendanaan alternatif sebelum memperluas program makan bergizi ini ke sarapan. Ia juga mengingatkan pemerintah untuk memastikan kualitas dan standar gizi dari makanan yang diberikan, serta mempertimbangkan selera anak-anak agar mereka benar-benar mendapatkan manfaat dari program ini.
“Sumber-sumber finansial alternatif harus dipertimbangkan. Selain itu, standar gizi dan ketersediaan pangan harus dipastikan agar program ini benar-benar efektif,” tegas Trubus.
Selain tantangan anggaran, Trubus juga menekankan perlunya perhatian pada ketersediaan pangan lokal. Penggantian makanan pokok yang tidak sesuai dengan kebiasaan lokal dapat mengurangi efektivitas program. Oleh karena itu, Trubus menyarankan agar fokus program ini lebih ditujukan pada wilayah-wilayah dengan masalah pangan yang lebih mendalam.
Pemerintahan Prabowo-Gibran akan dihadapkan pada tugas besar dalam mengelola dan mengimplementasikan program ini. Keberhasilan program makan bergizi gratis tidak hanya bergantung pada anggaran, tetapi juga pada pengelolaan yang efisien dan adaptasi dengan kebutuhan lokal. Jika dikelola dengan baik, program ini berpotensi besar dalam meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan anak-anak Indonesia.