Beritatrene.com. -Jakarta Sabtu, 31/08/24. Dalam dunia politik, karma sering dianggap sebagai sebuah kekuatan yang menegakkan keadilan dengan cara yang kadang tak terduga. Kasus terbaru yang menarik perhatian adalah Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, yang saat ini sedang mengalami dinamika politik yang menggugah rasa penasaran.
Menjelang Pilkada DKI Jakarta 2024, Anies Baswedan dihadapkan pada situasi yang tidak terduga. Setelah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk PDIP, yang memberikan harapan untuk maju sebagai calon gubernur, Anies mendapati dirinya dikhianati oleh partai tersebut. Ini menyusul hubungan yang rumit dan dianggap oleh banyak pengamat sebagai pelajaran tentang karma dalam politik.
Sebelumnya, Anies Baswedan pernah menghadapi situasi serupa dalam Pilpres 2024 ketika ia dianggap menghianati Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Kini, seolah tak lepas dari efek karma, Anies menghadapi kenyataan pahit ditinggalkan oleh PDIP. Kejadian ini menyiratkan bahwa dalam politik, keputusan dan tindakan masa lalu bisa berbalik, memengaruhi perjalanan masa depan.
Situasi ini tidak hanya menambah warna dalam pentas politik nasional, tetapi juga mengundang refleksi mendalam tentang prinsip karma dalam konteks politik. Apakah ini benar-benar karma yang sedang dituai oleh Anies Baswedan? Mungkin hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan ini, namun satu hal yang jelas—dalam arena politik, setiap langkah dan keputusan memiliki dampak yang luas dan sering kali tak terduga.