Beritatrend.com. – Jakarta Jum’at, 20 Desember 2024 – Gelaran Djakarta Warehouse Project (DWP) 2024 yang sukses memukau ribuan penonton di JIExpo Kemayoran pada 13-15 Desember, kini diwarnai polemik serius.
Informasi yang beredar menyebutkan bahwa lebih dari 400 penonton asal Malaysia dijadikan sasaran razia dadakan.
Mereka mengklaim dipaksa menjalani tes urine, meskipun hasilnya negatif narkoba. Ironisnya, oknum polisi diduga meminta uang tebusan hingga mencapai total RM 9 juta atau sekitar Rp 32 miliar.
Polda Metro Tindak Lanjut Dugaan Pemerasan.
Menanggapi tudingan tersebut, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, memastikan bahwa pihaknya telah mengetahui laporan tersebut.
Saat ini, Bidang Propam Polda Metro Jaya tengah melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap fakta dan memastikan apakah ada keterlibatan oknum aparat.
“Polda Metro Jaya sedang melakukan pendalaman oleh Bid Propam. Kami tidak akan pandang bulu terhadap siapa pun yang melanggar, termasuk anggota kepolisian sendiri.
Jika terbukti bersalah, akan ditindak sesuai hukum yang berlaku secara profesional dan proporsional,” tegas Ade Ary dalam keterangannya, Jumat (20/12).
Sorotan Sosial Media Internasional
Kasus ini menjadi perbincangan panas di media sosial Malaysia.
Banyak warga Malaysia yang mengaku kecewa dan menyesalkan tindakan oknum polisi Indonesia.
“Kami datang untuk menikmati festival, bukan untuk diperas. Bahkan yang tidak bersalah pun harus membayar,” tulis salah satu pengguna Twitter asal Malaysia.
Komitmen Berantas Narkoba Tanpa Diskriminasi
Ade Ary menegaskan, Polda Metro Jaya tetap berkomitmen dalam memberantas penyalahgunaan narkotika.
DWP 2024 sejatinya menjadi festival musik tahunan yang selalu dinanti, menampilkan deretan disjoki internasional papan atas.
Namun, polemik ini menjadi noda bagi kesuksesan acara tersebut.
Pertanyaan Besar: Siapa yang Salah?
Insiden ini menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan publik.
Apakah ini murni kesalahan oknum polisi?Ataukah ada oknum lain yang memanfaatkan situasi? Yang jelas, kasus ini menjadi ujian besar bagi Polda Metro Jaya untuk membuktikan profesionalitasnya dalam menegakkan hukum.
Publik kini menanti hasil penyelidikan dari Bidang Propam Polda Metro Jaya.
Akankah kasus ini membuka mata dan membawa perubahan dalam sistem kepolisian Indonesia? Waktu akan menjawabnya.