judul gambar

Banjir Bekasi: BMKG Sebut Perubahan Lingkungan Lebih Berdampak daripada Cuaca Ekstrem

Beritatrend.com. – Bekasi Rabu, 12 Maret 2025 – Banjir besar yang melanda Bekasi pada awal Maret 2025 mengingatkan kita akan betapa rentannya kota ini terhadap bencana alam.

Meski curah hujan yang terjadi tahun ini terbilang lebih rendah dibandingkan kejadian serupa pada tahun 2020, dampak yang ditimbulkan jauh lebih besar.

Banjir yang merendam banyak wilayah ini tidak hanya disebabkan oleh cuaca ekstrem, namun juga oleh perubahan lingkungan yang signifikan.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR RI pada 11 Maret 2025, menjelaskan bahwa meski curah hujan di Bekasi pada Maret 2025 tercatat hanya sekitar 103-141 mm per hari, jauh lebih rendah dibandingkan curah hujan 236 mm per hari pada Januari 2020, banjir kali ini menimbulkan kerusakan yang lebih parah.

“Ini menunjukkan betapa pentingnya kita memperhatikan kondisi lingkungan yang semakin berubah. Tata kelola air yang buruk semakin memperburuk keadaan. Curah hujan yang lebih rendah tidak seharusnya menimbulkan dampak sebesar ini jika pengelolaan lingkungan dilakukan dengan baik,” ungkap Dwikorita.

Perubahan Lingkungan yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan Bencana

Dwikorita mengingatkan bahwa perubahan lingkungan yang terjadi di Bekasi dan sekitarnya telah membawa dampak jangka panjang. Salah satunya adalah sistem drainase yang semakin tidak efisien.

Tata kelola air yang buruk, ditambah dengan semakin banyaknya pembangunan di daerah resapan air, membuat air hujan tidak bisa disalurkan dengan baik.

Alih-alih meresap ke tanah, air hujan mengalir dengan cepat ke permukaan, memperburuk potensi banjir.

“Dengan kondisi lingkungan yang seperti ini, meski curah hujan rendah, air tidak bisa lagi mengalir atau terserap dengan baik. Ini mengarah pada banjir yang lebih parah,” kata Dwikorita.

Selain itu, BMKG mengimbau pemerintah dan masyarakat untuk mewaspadai bencana yang mungkin terjadi meski cuaca tidak menunjukkan tanda-tanda ekstrem.

Perubahan alam yang terus berlangsung, tanpa disertai upaya mitigasi yang tepat, bisa memicu bencana besar. Menjelang mudik Lebaran 2025, BMKG meminta perhatian ekstra terhadap daerah-daerah yang rentan terkena bencana meski tidak ada hujan lebat.

Pentingnya Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan

Banjir di Bekasi ini menjadi peringatan bagi kita semua bahwa pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan sangatlah penting.

Selain memperbaiki sistem drainase, perubahan dalam penggunaan lahan, pengelolaan air, dan perlindungan daerah resapan air harus menjadi prioritas utama.

Dwikorita juga mengingatkan bahwa meskipun tidak ada hujan lebat, daerah-daerah seperti kawasan Puncak dan Pantura yang memiliki arus lalu lintas padat saat libur Lebaran harus mendapat perhatian khusus.

“Ini adalah pelajaran berharga. Kita tidak bisa hanya mengandalkan cuaca untuk menghindari bencana. Pengelolaan lingkungan yang baik, serta kesiapsiagaan dan respons yang cepat dari pemerintah dan masyarakat, adalah kunci untuk mengurangi dampak bencana,” tambahnya.

Mewaspadai Masa Depan, Menjaga Lingkungan Kita

Banjir Bekasi adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

Mengelola sumber daya alam dengan bijaksana, serta merancang dan menjaga infrastruktur yang dapat mengatasi dampak bencana alam, merupakan langkah penting untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Sebagai masyarakat, kita harus lebih sadar akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

Dengan mengedepankan keberlanjutan, kita dapat membantu meminimalisir dampak buruk yang dapat terjadi akibat bencana alam, baik itu yang disebabkan oleh cuaca ekstrem ataupun oleh kerusakan lingkungan yang terjadi seiring waktu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!