BeritaTrend.com. – Enggano Sabtu, 19 April 2025 – Pulau Enggano, permata terpencil di ujung barat Bengkulu, kini tengah menghadapi krisis ekonomi yang mengguncang nadi kehidupan warganya.
Sudah lebih dari sebulan, tidak ada kapal logistik yang bisa bersandar di pulau ini. Akibatnya, roda perekonomian yang sangat bergantung pada jalur laut nyaris berhenti total.
Pendangkalan di Pelabuhan Pulau Baai menjadi biang keladi utama.
Jalur masuk dan keluar pelabuhan tertutup, membuat kapal-kapal logistik terhalang masuk dan sebagian bahkan terjebak di dalam alur pelabuhan.
Padahal, pelabuhan ini adalah jantung pergerakan ekonomi Enggano dan, lebih luas lagi, Provinsi Bengkulu.
“Enggano ini sebenarnya maju, potensi hasil alam dan lautnya luar biasa. Tapi sekarang semuanya lumpuh. Petani pisang tak bisa menjual hasil panen, nelayan tak bisa menyalurkan tangkapan. Warga terisolasi,” kata Camat Enggano, Susanto MD, kepada BeritaTrend, Sabtu (19/04).
Kapal Ada, Tapi Barang Tak Bisa Diangkut
Pasca demonstrasi warga, kapal penumpang memang sempat diberangkatkan.
Namun, karena keterbatasan kapasitas dan kendala teknis, kapal-kapal itu tidak mampu mengangkut logistik atau hasil bumi.
Para pengepul enggan membiayai operasional petani karena distribusi yang tidak menentu.
Padahal, sebanyak 85 persen penduduk Enggano menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan perikanan.
Ketika hasil tak bisa dijual, perputaran uang pun macet. Krisis pun menjalar dari ladang ke dapur.
Harapan Datang dari Laut
Sejak 16 April pukul 23.00 WIB, Kapal BAKAMLA Pulau Marore – 322 telah bersandar di Pelabuhan Perintis Desa Malakoni, Kecamatan Enggano.
Kapal ini menjadi titik harapan baru bagi masyarakat Enggano untuk bisa kembali terhubung dengan Kota Bengkulu, setelah terputus sejak 26 Februari lalu.
Dua kapal reguler, KM Pulo Telo milik ASDP dan KM Muhammad Husni Thamrin milik PELNI, tidak bisa beroperasi selama hampir dua bulan. Tanpa kepastian pengerukan pelabuhan, kedua kapal itu belum bisa kembali berlayar normal.
Stok Aman, Tapi Waktu Terbatas
Untuk kebutuhan pokok, warga masih bisa bernapas lega. Stok sembako diperkirakan cukup hingga tiga bulan ke depan.
Namun untuk Bahan Bakar Minyak (BBM), waktu sangat terbatas. Persediaan BBM masyarakat hanya mencukupi hingga 20 hari ke depan, begitu juga dengan suplai BBM untuk PLTD.
Meski demikian, situasi keamanan dan ketertiban di Enggano dilaporkan masih terkendali.
Enggano Tidak Boleh Dibiarkan Terlupakan
Warga dan tokoh masyarakat kini bersatu menyuarakan satu tuntutan: normalisasi pelabuhan harus dipercepat. Pengerukan alur laut menjadi kebutuhan mendesak.
Tanpa itu, Enggano akan terus terkepung krisis dan terisolasi dari denyut ekonomi daerah lainnya.
“Enggano tidak boleh dibiarkan terdiam dalam sunyi. Kami butuh tindakan nyata, bukan janji,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat.
Dari balik laut yang tenang, suara jeritan warga Enggano kini menggema.
Menanti kapal, menanti solusi, menanti perhatian. Karena pulau kecil ini pun bagian dari Indonesia — dan pantas untuk didengar.