Beritatrend.com. -Jakarta Senen,19/08/24. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melaporkan bahwa hingga 17 Agustus 2024, Indonesia telah mencatat 88 kasus konfirmasi Mpox atau cacar monyet. DKI Jakarta menjadi lokasi dengan kasus terbanyak, yakni 59 kasus, diikuti Jawa Barat dengan 13 kasus, Banten 9 kasus, serta beberapa daerah lainnya termasuk Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kepulauan Riau.
Dari total kasus, 87 di antaranya sudah dinyatakan sembuh. Menariknya, analisis terbaru menunjukkan bahwa varian Mpox yang merebak di Indonesia adalah varian Clade II, khususnya subclade IIB. Varian ini dikenal dengan tingkat fatalitas yang lebih rendah dan umumnya menyebar melalui kontak seksual.
“Seluruh 54 kasus yang telah melalui whole genome sequencing (WGS) menunjukkan bahwa varian yang beredar adalah Clade IIB,” ungkap dr. Yudhi Pramono, Plh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, dalam konferensi pers pada 18 Agustus 2024. Ia juga menambahkan bahwa varian Clade II adalah penyebab utama wabah Mpox sejak 2022.
Sementara itu, varian Clade I, yang berasal dari Afrika Tengah dan memiliki subclade 1a dan 1b, belum terdeteksi di Indonesia. Varian ini, meskipun lebih mematikan dengan case fatality rate (CFR) yang lebih tinggi, tidak dilaporkan di tanah air.
Menurut dr. Prasetyadi Mawardi, SPKK(K) dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), Clade I umumnya ditularkan melalui kontak erat, bukan hanya seksual. “Varian ini lebih jarang ditemukan di Indonesia dibandingkan dengan Clade II yang saat ini mendominasi.”
Dalam rangka pencegahan, Kemenkes telah memperkuat surveilans di fasilitas kesehatan, berkolaborasi dengan komunitas dan mitra HIV-AIDS, serta menetapkan 12 laboratorium rujukan nasional untuk pemeriksaan Mpox. Selain itu, terapi simtomatis disediakan untuk pasien, dengan kasus ringan dapat diisolasi di rumah, sementara kasus berat memerlukan perawatan rumah sakit.
Kemenkes terus memantau perkembangan kasus dan memastikan kesiapan sistem kesehatan untuk mengatasi potensi penyebaran lebih lanjut.