Memang memasuki wilayah pengembaraan spiritual yang mengasyikkan ungkap Pakmo, tidak berarti sepenuhnya bisa mengabaikan bekal kecerdesan intelektual yang acap ikut mengacaukan jalan spiritual menuju puncak panorama yang indah dan mengasyikkan itu. Sebab kecerdasan intelektual cukup rentan terhadap bujuk rayu kenikmatan duniawi yang sangat dominan menyesatkan.
Sebab wilayah jelajah spiritual cukup signifikan berbeda dengan wilayah jelajah intelektual yang mengedepankan daya nalar otak. Sedangkan wilayah jelajah spiritual sepenuhnya berpedoman pada batin yang meliputi rasa, insting, naluri, firasat dan empati yang sulit ditakar atau diukur dalam bilangan hitungan kuantitatif maupun kualitatif.
Jadi bekal utama pengembaraan spiritual adalah keyakinan terhadap Tuhan sebagai penguasa alam semesta dan seisinya, termasuk semua jenis mskhluk yang terlihat mapun yang tidak terlihat, hingga makhluk yang memiliki akal pikiran sampai pada makhluk yang tidak punya hawa nafsu serta mskhluk yang cuma mempunyai birahi semata.
Agaknya, karena itulah manusia yang diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna hingga layak disebut khalifah Allah SWT di muka bumi, ditandai dengan khas mrmpunyai akal budi untuk membangun dan menjaga etika, moral dan akhlak mulianya sebagai karunia Tuhan yang tidak diberikan kepada makhluk lain, termasuk malaikat dan iblis sekalipun sevagai pendamping manusia di dunia maupun di akherat kelak.
Atas dasar inilah, etika, moral dan akhlak mulia manusia menjadi bekal utama dalam pengembaraan spiritual yang tidak boleh duabaikan. Karena pengembaraan spiritual itu sendiri merupakan bagian dari upaya untuk menjaga etika, moral dan akhlak mulia sebagai manusia untuk mendekati nilai-nilai kesempurnaan yang dianugrahi oleh Tuhan.
Lantaran itulah, semua manusia yang percaya pada ajaran dan tuntunan agama apapun yang diturunkan dari langit, biss jalan bersama dalam pengembaraan spiritual menuju Tuhan. Maka itu, kebersihan hati, ketulusan jiwa, keikhlasan batin yang ugahari, ikhlas dalam kesabaran yang teguh dengan keyakinan yang teguh. Sebab hanya dengan begitu jalan pengembaraan untuk mendekat kepada Tuhan, insyaallah dirido’i-Nya. (Jacob Ereste).* ke dua selesai